Kesejukan dan Keasrian Desa Wisata Pentingsari - metuomah.com

Rabu, 21 Desember 2016

Kesejukan dan Keasrian Desa Wisata Pentingsari

Saat menjejakkan kaki pertama kalinya di Pentingsari, aku merasakan tempat yang nyaman, asri, jauh dari polusi dan kebisingan kota, dengan udara sejuk pegunungan. Desa wisata Pentingsari (lebih tepat dusun/dukuh Pentingsari desa Umbulharjo) terletak di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, 12,5 kilometer dari Gunung Merapi yang artinya masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) II Gunung Merapi.
Di atas jembatan.
Bersama puluhan teman Blogger Jogja kami datang ke Desa Pentingsari (17/12/2016) untuk melihat bagaimana wujud desa wisata Pentingsari itu 😁? Kami datang atas prakarsa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, DIY; acara ini adalah yang terakhir sebelum dinas dipecah menjadi 2.

Langit sedikit mendung ketika kupacu kendaraan menuju Pentingsari, menambah dingin cuaca pagi itu. Sebelum berangkat aku sudah melihat peta Google, tapi tetap saja nyasar meskipun tidak parah banget seperti kejadian di Museum Gunung Merapi 😂. Pelajaran yang dapat diambil: Jangan terlalu percaya dengan peta Google!


Rute menuju desa wisata Pentingsari
Dari Kentungan Ringroad Utara Yogyakarta, Desa Wisata Pentingsari berjarak sekitar 20 km. Ada 3 rute yang kuketahui bisa mencapai Pentingsari, masih ada rute lain yang ditempuh oleh beberapa teman blogger. Memang, jalan menuju Pentingsari minim penunjuk jalan.

1. Jalan Kaliurang - Perum Pamungkas - Jalan Cangkringan - Jalan Merapi Golf
Ini adalah rute yang kulalui, dari Jalan Kaliurang terus ke atas hingga traffic light sebelum Universitas Islam Indonesia di km 13,8. Dari traffic light belok kanan menuju ke Jalan Pamungkas, ikuti terus jalan tersebut. Jika ketemu penunjuk jalan menuju Cangkringan atau ke Kaliurang, ikuti yang menuju Kaliurang.
Kesalahanku adalah belok ke kanan menuju Cangkringan yang jalannya lumayan rusak. Meskipun nanti keluarnya sama di Jalan Cangkringan, tapi jalan yang rusak di sebagian tempat dan banyak percabangan, membuat perjalanan lebih lama dan agak membingungkan.

1a. Masih di jalan yang benar dan lurus
Setelah balik ke jalan yang benar dan mulus (Jalan Cangkringan), aku memacu kendaraan terus ke utara tanpa melihat peta 😁, melewati Rumah Makan Morolejar yang legendaris di sisi kanan dan Rumah Makan Timbul Roso di sisi kiri jalan. Di samping rumah makan terakhir, aku baru melihat peta kembali dan ternyata masih di jalan yang benar.

Sampai di pertigaan ini aku berhenti, lihat peta lagi aku harus belok kanan atau lurus saja. Peta menunjukkan desa wisata Pentingsari tinggal 2 km lagi, semangat!
Percabangan ke Merapi Golf dan Kalasan.
Aku tetap ambil jalan yang lurus, melewati SMAN 1 Cangkringan di Jalan menuju lapangan golf "Merapi Golf" ini. Mobil yang belok ke kanan (gambar atas) menuju arah Kalasan.

Kukira 2 km itu jauh, tapi di tengah perjalanan sebelum gapura bertuliskan Cangkringan, kulihat papan kecil di kanan jalan yang sama persis dengan papan di pertigaan jalan Cangkringan - Kalasan. Tulisan tersebut adalah "Selamat datang di desa wisata Pentingsari."

Papan penunjuk pintu hati.
Sempat-sempatin motret agar yang mau berkunjung tidak kesasar 😀. Agak tidak percaya jalan menuju Pentingsari melewati jalan yang disemen (kayaknya bukan cor sih), jembatan kecil, dan berakhir di perempatan yang membuatku harus bertanya pada warga setempat. Di sinilah (potret) letak kebingunganku:
Perempatan dusun Pentingsari.
Kemana kuharus melangkah (#nyanyi lagu Nicky Astria), kumatikan motor lalu bertanya kepada warga yang kebetulan nongkrong di perempatan. Mereka bertanya dari mana, kujawab jujur dari Blogger Jogja yang akan menghadiri acara Dinas Pariwisata Sleman. Kusampaikan juga baru pertama kali ke Pentingsari. Sepertinya warga sengaja nongkrong untuk menyambut tamu yang nyasar 😂. Yeiiiii... ternyata acara Dinas Pariwisata masih agak jauh 😁. Kalau lihat gambar di atas, di samping motor tersebut adalah bangunan bercat hijau adalah Masjid Al-Huda. Dari perempatan, aku disarankan ke kiri menelusuri jalan. Jika bertemu pos ronda di perempatan jalan, aku harus belok kiri,,, di sana sudah ada warga yang bersiap menyambut tamu.

1b. Jangan terlalu percaya peta Google!
Sampai di TKP, aku masih bingung lewat mana saja aku tadi. Setelah lihat peta, heiiii.... Google agak ngawur..
Tanda merah tanda aku belok kiri menuju Pentingsari.
Peta di atas menunjukkan, titik merah yang kutandai adalah tempat aku menemukan papan penunjuk pintu hati. Di situlah aku belok kiri menuju Pentingsari. Jalan kecil menuju Masjid Al-Huda tidak serta merta lurus. Peta Google juga menyarankan (dari titik merah) ke utara lagi, padahal ada jalan yang lebih dekat. Aku heran lagi saat mendengar cerita Wawan suhu SEO, dia datang dari arah selatan! Duh lewat mana lagi tuh...😫.

2. Jalan Kaliurang - Perempatan Pakem - Jalan Cangkringan - Jalan Merapi Golf
Perbedaannya ada di traffic light Perum Pamungkas. Rute yang kutempuh mengharuskan belok kanan, rute kedua ini tetap lurus menuju Kaliurang hingga bertemu perempatan Pakem.

Sesudah belok kanan (jalan utama) lalu pecah; ke kiri menuju Kaliurang, lurus menuju Jalan Pakem - Cangkringan. Pilihlah lurus ke Jalan Pakem - Cangkringan. Titik merah pada peta di atas adalah titik bertemunya rute nomor 1 dengan nomor 2. Selanjutnya, ikuti seperti rute 1a.

3. Jalan Kaliurang - Perempatan Pakem - Jalan Kaliurang - Kaliadem/Jalan Merapi Golf
Rute ketiga jalannya lebih bagus, dari perempatan Pakem ke arah Kaliurang hingga Km 22. Ikuti penunjuk menuju Kaliadem atau Lapangan Golf Merapi Golf. Atau kalau berani melewati jalan bersemen bisa ke sini.
Menuju Kaliurang.
Dari Jalan Kaliurang menuju Merapi Golf, artinya harus belok kanan. Dan setelah berjalan beberapa meter, belok kanan menuju Pentingsari. Ketahuilah bahwa jalan menuju Pentingsari tidak beraspal, melainkan semen di kiri-kanan.
Disambut dengan jadah tempe
Sesampainya di pendopo yang entah pendopo keberapa di Pentingsari, kami disambut dengan jajanan desa didampingi Wedang Secang hangat. Yang belum tahu Wedang Secang, minuman ini adalah ramuan berbagai rempah-rempah seperti batang serai putih, jahe, kayumanis, cengkeh, dan kapulaga. Merah adalah ciri khas warna Wedang Secang.
Jadah tempe bagiku amat spesial, enak banget. Kata Wawan, cara makan jadah dan tempe bacem itu dimakan berbarengan 😀, tapi boleh kok makan satu-satu. Entah kenapa pisang godhoknya nggak banget, padahal terlanjur ambil beberapa buah karena dari pagi belum makan. Aku tidak mengambil jajanan lagi karena acara perkenalan dimulai, padahal perutku..... #sedih.
Membuat kerajinan di Joglo Herbal
Tempat pertama yang dikunjungi adalah Joglo Herbal milik Pak Rahman Subagyo; pensiunan sebuah bank konvensional. Pak Rahman selama 14 tahun mengaku terkena osteoporosis yang menyebabkan sendi tangannya tidak bisa digerakkan. Beliau baru sembuh setelah berobat pada seorang herbalis dengan ramuan Cina. Semenjak itu beliau mengubah pola hidup dan menjadi pegiat herbal.
Joglo Herbal.

Pak Rahman juga memberikan beberapa resep herbal yang baik bagi tubuh. Dari Binahong Merah penyembuh luka hingga Rondo Semeleh yang bisa menurunkan gula darah (diabetes). Caranya dengan mengambil segenggam daun Rondo Semeleh yang sudah dikeringkan, kemudian seduh dengan air panas. Minum 1 gelas tiap pagi dan sore selama 10 hari. Setelah itu coba cek gula darah apakah sudah kembali normal.
Pak Rahman.
Rondo Semoyo.

Usai panjang lebar membicarakan herbal, kami diajak membuat kerajinan dari janur kuning dan suket mendong. Janur dibuat belalang, sedangkan suket untuk membuat wayang suket. Kerajinan yang kami buat dinilai, 2 terbaik mendapatkan doorprize. Meski berhasil menyelesaikan pembuatan wayang, aku tidak dapat doorprize padahal cakep loh (lihat gambar bawah).

A photo posted by Seseorang (@metuomah) on
Dam Kalikuning
Selanjutnya kami diajak ke jembatan goyang Kalikuning (ini kata pemandu loh..) yang strukturnya dibuat tahan gempa. Jembatan ini menghubungkan Dusun Pentingsari dengan Dusun Smabi. Jembatan ini ketika ada hentakan agak keras, langsung mengayun a.k.a goyang.

Dari atas jembatan ini kamu bisa melihat pemandangan indah. Air sungai kala itu mengalir tenang, turun perlahan menuruni tangga membelah hijaunya rumput dan pepohonan. Sayang kami tidak sempat turun ke sungai, karena waktu terbatas.... maklum rombongan gratisan.

Spot foto di bumi perkemahan
Pemandu kami mengajak kami kembali ke jalan yang benar. Katanya sih lupa menunjukkan spot foto baru di bumi perkemahan, yang sempat kami lihat dari kejauhan. Bumi perkemahan tak ubahnya lapangan bola tanpa gawang, padahal jika diberi gawang beneran lebih menyenangkan bisa main bola lagi.
Yuk kemah.

Spot foto unik sengaja dibuat untuk menarik pengunjung datang ke desa wisata, tidak hanya di Pentingsari. Spot foto di sini adalah bambu-bambu yang ditata seperti ikat kepala (suatu daerah di nusantara). Di depannya ada permainan keseimbangan bambu dengan dasar kolam tak ber-ikan. Ini mah,,, mainanku saat Sekolah Dasar.
Demi voucher liburan.

Gamelan
Bosan main di sini, rombongan menuju ke rumah gamelan. Tidak hanya memotret, kami juga bisa memainkannya. Tenang saja,, sudah ada pemandu dan not angka di papan tulis. Kalau dilihat-lihat, gamelan di Pentingsari sepertinya berasal dari CSR BCA (Bank Central Asia) grup Djarum.

Sentra pengolahan kopi Robusta
Destinasi terakhir kunjungan kami adalah di sentra pengolahan kopi Robusta. Kopi ini berasal dari kebun di Cangkringan yang kemudian diolah dengan cara manual (tradisional). Kami diperlihatkan cara memecah biji kopi, menyangrai, hingga menumbuk kopi dengan alu.
Para tamu juga dipersilahkan mencicipi kopi yang telah disediakan. Agak disayangkan kopi dalam jumbo sudah dicampur gula sehingga tidak terasa adanya ciri khas kopi di sini. Etapi, si Elzha minta dibuatkan tanpa gula... silahkan tanyakan padanya rasa kopi Robusta Pentingsari 😁.

Makan siang
Lelah berkeliling dusun, kamipun balik lagi ke pendopo untuk menikmati makan siang.
Menu yang dihidangkan adalah masakan Jawa, aku tertarik makan sayur asem, trancam, tempe goreng, jamur tiram, krupuk puli, dan sambal. Sebagai pecinta masakan Jawa, makanan di Desa Wisata Pentingsari cukup oke.

Tarif Kegiatan dan homestay
Di sela-sela makan siang, saya mendapatkan fotokopian brosur Desa Wisata Pentingsari yang kuminta.Ternyata isi brosur sama dengan yang ditayangkan di blog, jadi kuunggah saja brosur dari blog Desa Wisata Pentingsari 😂.

Harga per Desember 2016.
Menginap 1 hari semalam di Desa Wisata Pentingsari cukup murah, hanya Rp. 100.000/orang sudah termasuk makan 3x sehari! Cara bookingnya tinggal hubungi kontak personal yang ada di brosur. Calon tamu dipersilahkan memilih rumah mana yang ingin dijadikan tempat menginap, harga semuanya sama... Rp. 100.000.
Peta dusun Pentingsari.
Ohiya,,, kami sempat diperlihatkan kamar homestay Joglo Herbal. Dua kamar masing-masing berisi 2 spring bed besar, digelar di lantai kamar berukuran 4x3 meter. Kamar mandi ada di dalam kamar dengan kloset duduk. 1 kamar mandi di luar kamar. Homestay ini sepertinya terpisah dengan pemilik rumah, dan semua lantainya keramik.

Aku dan Bagus hampir tertinggal rombongan karena kami shalat Dhuhur di masjid. Kamipun berpamitan dan melanjutkan perjalanan ke Agrowisata Bhumi Merapi..

Kalau dihitung secara nominal nih,, waktu aku ke desa wisata Pentingsari (dewi peri):
Paket dan atraksi Dalam Rupiah
snack/minum ala dewi peri 7.500
makan prasmanan 20.000
kreasi wayang suket 10.000
belajar gamelan 10.000
paket atraksi kuliner 20.000

Setengah hari di desa wisata Pentingsari hanya bisa melakukan itu, tidak ada istimewanya sama sekali. Kayaknya butuh berhari-hari di sini agar bisa menikmati keindahan alam Pentingsari dan semakin dekat dengan... 😂. Yang paling menarik dari desa wisata ini adalah bunga desa.

Share with your friends

2 komentar