Saya melanjutkan perjalanan dari Salatiga menuju Semarang dengan tujuan akhir Stasiun Kedungjati. Bagi yang belum tahu, ada jalan alternatif menghubungkan Salatiga – Kedungjati via Tuntang dan Getas. Sebelum era kendaraan pribadi, bus mini sempat jaya melayani rute Salatiga – Kedungjati – Semarang. Saya tidak tahu kondisi sekarang, apakah masih ada bus yang melayani rute tersebut.
Seperti biasa perjalanan saya lalui dengan transportasi umum, sampai di Semarang saya tidak langsung menuju Kedungjati, tapi saya manfaatkan jalan-jalan dulu. Terlebih jadwal kereta Semarang – Solo tidak akan terkejar, paling tidak harus menginap semalam di Semarang. Kebetulan ada tempat menumpang tidur di pinggiran kota Semarang, hehehe.
Hari Ahad jalanan Semarang relatif sepi, saya menyempatkan diri berjalan kaki di Jalan Pandanaran.. tepatnya di sekitar pusat oleh-oleh. Terlihat para pelancong menyerbu toko oleh-oleh, yang dibeli kebanyakan bandeng Juwana. Dari namanya saja kita tahu asal daerahnya, bukan oleh-oleh asli Semarang. Lalu saya? Hmmm... hanya melihat saja, sama sekali tidak beli karena kantong tipis hehehe..
Hujan mulai turun, saya berteduh di lobby hotel dengan nama yang sama. Setelah hujan mereda, sayapun bergegas menuju ke Penggaron. Daerah ini dikenal karena terminal Semarang Timur ada di sini. Terminal ini adalah pemberhentian terakhir bus antar kota jurusan Semarang ke Purwodadi, Blora, Juwangi, dan Kedungjati. Bus-bus tersebut memang dilarang masuk Terminal Induk Terboyo. Dari Terminal Penggaron warga bisa meneruskan perjalanan ke pusat kota dengan bus BRT yang melayani trayek Penggaron – Mangkang, beberapa angkutan mini, bus mini jurusan Terboyo, serta jurusan Pudak Payung yang jarang sekali terlihat.
Sepanjang perjalanan saya juga mencari warung makan murah sesuai isi kantong. Hingga sampai daerah Pedurungan tidak ketemu, padahal perut sudah melilit. Sampai akhirnya ketemu Sambel Layah di daerah Plamongan, Penggaron. Tepatnya di Jalan Brigjen Sudiarto (Majapahit) km 10 no 46. Letaknya di utara jalan, atau sisi kiri dari arah Semarang. Tidak ada halte BRT di dekat warung ini, halte terdekat berjarak 400 meter. Jadi jika menggunakan transportasi umum ke sini, bisa naik angkutan mini atau bus mini.
![]() |
Sambel Layah Semarang 1. |
Sambal Layah berdiri di atas bangunan 2 lantai, lantai atas dibuat bukan permanen dan hanya separuh ruangan. Parkir lumayan luas, cukup untuk beberapa mobil. Ada wastafel dan toilet yang lumayan bersih. Setelah melihat sekeliling, saya pilih duduk di lantai dasar saja, malas naik ke lantai atas.
![]() |
Menu Sambel Layah. |
Karena sudah pernah merasakan lele terbang, saya memesan menu paket nasi udang goreng dengan minuman teh hangat. Boleh lho mengganti paket es teh dengan teh hangat, tapi porsinya diganti gelas kecil. Saya agak heran, kala itu sudah jam 15.00 WIB ingin pesan nasi goreng, ternyata menu tersebut belum ada dan mereka tidak mau membuatkan hmmm...
![]() |
Teh hangat mereda dahaga. |
Tak berapa lama pesanan pun datang, 4 udang goreng dan sepotong tempe, secobek kecil sambel, dan kubis ala kadarnya mewarnai piring anyaman.
![]() |
Paket udang goreng. |
Seporsi nasi segitu tentu tidak mengenyangkan, terlebih saya sempat berjalan kaki di Jalan Pandanaran. Tetap syukuri yang ada walau harganya Rp. 13.000. Yang saya suka dari Sambel Layah adalah sambelnya.
Sambel Layah Semarang 1
Jl. Brigjen Sudhiarto (Majapahit) Km. 10 No. 46, Penggaron Kidul, Pedurungan, Semarang.
Buka jam 10.00 - 21.30.
Artikel terkait:
- Pujasera Central City Mall Giant Penggaron Semarang
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus