6 Destinasi Wisata Alam Petungkriyono - metuomah.com

Minggu, 06 Agustus 2017

6 Destinasi Wisata Alam Petungkriyono

Ternyata masih ada hutan alam yang menjadi paru-paru di Pulau Jawa, bahkan tinggal satu-satunya. Hutan alam tersebut berada di Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, sekitar 40 kilometer dari Kajen, ibukota Kabupaten Pekalongan. Petungkriyono merupakan kecamatan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, dengan luas 73,59 km² atau 8,80% luas Kabupaten Pekalongan.¹

Petungkriyono telah ditetapkan menjadi Petungkriyono Cultural-Techno Forestry Park, ditandai dengan penandatanganan MoU dengan Perum Perhutani dan Yayasan Kehutanan Indonesia pada 5 Agustus 2016.² Untuk mengangkat potensi Petungkriyono ini, Pemda Kabupaten Pekalongan menyelenggarakan Amazing Petung National Explore (APNE 2017) mulai 4-6 Agustus 2017.

80 peserta dari pilot drone, blogger, fotografer, dan media; diajak untuk mengeksplor keindahan alam Petungkriyono. Bupati Pekalongan, H. Asip Kholbihi, SH, M.Si berkenan membuka acara di Hotel Sahid Mandarin, beliau pula yang menutup rangkaian APNE 2017 di Padepokan Batik Pesisir H. Failasuf.
Pelepasan peserta APNE 2017 di rumah dinas Bupati Pekalongan.
Pagi hari 5 Agustus 2017, dengan dua bus besar para peserta bertolak dari tempat menginap; Hotel Sahid Mandarin menuju Pendopo Rumah Dinas Bupati Kabupaten Pekalongan. Kami dijamu makan pagi dengan menu khas Pekalongan; sego megono. Usai makan pagi, secara simbolik Pak Bupati memberikan selendang batik Pekalongan kepada 2 peserta termuda APNE 2017.

Dari rumah dinas bupati, bus menuju kantor Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan (dibaca Ndoro); sebagai titik keberangkatan menuju Petungkriyono. Kami harus berganti armada karena jalan ke sana hanya bisa dilalui kendaraan roda 4.
Anggun Paris.
Sepuluh Anggun Paris siap mengantar peserta APNE 2017 menuju 6 destinasi pilihan. Anggun Paris (Angkutan Gunung dan Pariwisata) merupakan angkutan bak terbuka Mitsubishi L300, yang dimodifikasi agar dapat mengangkut penumpang 10-15 penumpang. Bak belakang mobil diberi jok sehingga penumpang bisa duduk berhadapan. Terpal dipasang di atasnya sebagai pelindung panas dan hujan. Sisi kiri dan kanan bak juga diberi besi pengaman setinggi satu meter sebagai pengaman.
Menunggu keberangkatan.

1. Gerbang Petung
Destinasi pertama APNE 2017 adalah gerbang Petung, 5,5 kilometer dari Kantor Kecamatan Doro; sebelum jalan bercabang dua menuju Petungkriyono dan Desa Jolotigo. Terdapat gapura di sisi kiri dan kanan jalan berbentuk bambu. Perlu diketahui gapura berbentuk bambu diambil dari kata Petung, yang merupakan salah satu jenis bambu Pring Petung (bambu besar).

Di panggung gerbang Petungkriyono, dua penari sudah siap menyambut kami dengan menarikan tari Pesona Petungkriyono.
Tari Pesona Petungkriyono.
Sambil menikmati tarian, peserta disuguhi Kopi Petung, kopi hutan khas Petungkriyono. Disebut kopi hutan karena pohon kopi tumbuh di hutan, campuran dari jenis Robusta dan Arabica. Kopi Robusta hidup di habitat hutan, dan jenis Arabica yang dibudidayakan masyaraka sekitar.

Kelak di sepanjang jalan menuju Petungkriyono kami diperlihatkan Mas Anto; Pokdarwis yang menyertai kami, pohon kopi yang tumbuh hingga 5 meter, yang memetik buahnya pun harus naik ke atas.
Kopi Petung.

Setelah disuguhi tarian dan kopi, tak lupa foto bersama; kami kembali ke Anggun Paris bertolak ke destinasi kedua. Jalan yang tadinya lebar dan mulus, setelah melewati Gerbang Petung jadi menyempit. Jika kendaraan roda 4 berpapasan, salah satunya harus menepi memberi jalan. Mayoritas jalan aspal rusak, cukup wajar karena jalan berada di tengah hutan, hal ini sering juga dijumpai di kawasan hutan lainnya. Semoga perbaikan jalan segera terlaksana untuk menunjang pariwisata dan perekonomian warga.
Lokasi via Google: https://goo.gl/maps/gsCzRhuNuz92

2. Curug Sibedug
Destinasi kedua adalah Curug Cibedug di tepi jalan Doro – Petungkriyono, sekitar 11 kilometer dari Kantor Kecamatan Doro. Curug ini berada di Dusun Sokokembang Desa Kayupuring Kecamatan Petungkriyono. Tidak ada tiket retribusi untuk menikmati pemandangan indah ini. Di tepi jalan berjejer warung tenda yang menjajakan Kopi Petung.
Curug Sibedug.
Saya sempat membaca berita di beberapa media dan blog yang dipublikasikan Mei 2017 lalu. Ada 3 air terjun yang mengalir dari atas, namun ketika kami mengunjunginya (Agustus 2017) air terjun yang jatuh hanya di 2 tempat. Seharusnya tempat ketiga ada di sisi paling kiri (dari pandangan mata wisatawan). Mungkin karena memasuki musim kemarau, air yang mengalir tidak sebanyak Mei 2017 lalu.
Salah satu air terjun.
Air terjun yang jatuh dari ketinggian sekitar 10 meter, kemudian mengalir menuju sungai yang membelah jalan. Peserta APNE 2017 sejenak berswafoto dan mengabadikan tempat ini. Sebagian ada yang turun hingga bawah jembatan untuk mendapatkan sudut pemotretan terbaik.
Toilet.
Curug berasal dari bahasa Sunda, di Jawa (Tengah dan Timur) dikenal dengan sebutan Jurug yang berarti air terjun.

Lokasi via Google: https://goo.gl/maps/hp3vRr7bCEC2

3. Jembatan Sipingit
Berjalan sekitar 1,5 kilometer ke selatan Sibedug, sampailah kami di Jembatan Sipingit. Sebenarnya jembatan biasa yang menghubungkan jalan utama antar kecamatan, tapi jika kita mau turun ke bawah jembatan, terlihat pemandangan yang memanjakan mata.

Selain itu di utara sungai terdapat Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLMH), yang hingga sekarang masih aktif digunakan warga setempat. Listrik PLN belum menjangkau seluruh masyarakat karena kondisi geografis. Teknologi tepat guna untuk daerah yang melimpah airnya seperti di Kecamatan Petungkriyono adalah PLMH.
Jembatan Sipingit.
Jembatan Sipingit masih dalam wilayah Desa Kayupuring. Air sungai berasal dari Sungai Welo yang bermuara di Laut Jawa. Di selatan jembatan beberapa warung tenda berdiri menyediakan makanan dan Kopi Petung. 

Batu-batu besar itu tak luput menjadi tempat swafoto yang cantik, demikian juga jika mengambil subyek pemotretan dari atas jembatan. Sayangnya masih ada oknum yang merusak suasana dengan aksi vandalis di atas batu, semoga aksi negatif tersebut tidak terulang lagi.

Lokasi via Google: https://goo.gl/MKrkRJ

4. Welo River
Selanjutnya rombongan melanjutkan perjalanan ke Welo Asri, Welo River (Sungai Welo) Dusun Kembangan Desa Kayupuring, 10 menit perjalanan dari Jembatan Sipingit atau 13,8 kilometer dari titik keberangkatan.
Dari salah satu pohon selfie.
Welo Asri menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat sejenak sambil minum kopi. Masuk ke tempat wisata ini dikenakan retribusi Rp. 3.000 dan parkir motor Rpp. 2.000. Area parkir cukup untuk menampung 12 mobil. Fasilitas lain yang disediakan adalah toilet yang masih berdinding terpal dan mushalla.
Pohon selfie tertinggi di Welo Asri.
Belasan tempat swafoto menarik dibangun, yang paling ekstrim adalah pohon selfie di ketinggian 10 meter. Bentuknya seperti rumah pohon, berada di antara 2 dahan pohon besar yang mencuat ke samping. Terkesan menyeramkan karena berada di hutan.
Air mancur.
Sebuah air mancur memancar natural setinggi 5 meter dialirkan dari mata air yang ada di Sungai Welo, tanpa bantuan mesin pompa air. Di seberang kolam air dibangun bangku bambu untuk beristirahat dan foto.

Beberapa paket wisata menjelajah Sungai Welo ditawarkan kepada wisatawan. River tubing Rp. 75.000, river tracking Rp. 60.000, dan body rafting Rp. 35.000. sedangkan sewa pelampung dan ban (tube) Rp. 10.000.
Loket Welo Asri.
Pohon-pohon tinggi di sekitar Sungai Welo ternyata menjadi sarang hewan primata. Lutung ekor panjang bergelantungan bak spiderman dari pohon satu ke pohon lain. Mereka tidak mengganggu manusia karena dibiarkan hidup sesuai kodratnya, tidak dimanja dengan memberinya makan. Jika terbiasa diberi makan, kemudian satu ketika tidak ada yang memberi, mereka akan merebut makanan yang kita miliki.

Owa jawa (Hylobates moloch), spesies paling langka bangsa primata yang ada di hutan Petungkriyono tidak kami lihat. Spesies ini dikenal pemalu dan bersembunyi jika melihat makhluk tak dikenal. Perbedaan dengan lutung adalah Owa Jawa tidak memiliki ekor, tangan yang lebih panjang dari badan.

Lokasi via Google: https://goo.gl/maps/eezpmw5Myw32

5. Curug Bajing
Destinasi paling selatan yang dikunjungi peserta APNE 2017 adalah Curug Bajing di Dusun Kembangan Desa Tlogopakis Petungkriyono; sekitar 27 kilometer dari Kantor Kecamatan Doro. 40 menit kami habiskan dari Welo Asri menuju ke sini. Curug bajing rupanya juga menjadi terminal terakhir angkutan (Anggun Paris) dari Doro. Menurut salah satu Pokdarwis, tiap orang dikenakan Rp. 20.000 untuk rute Terminal Doro - Curug Bajing; yang dilayani hingga jam 16.00 WIB.

Sebelum sampai Curug Bajing, dari jauh sudah terlihat bukit dan air terjun yang tinggi. Di beberapa puncak bukit yang mengitarinya terpancang bendera merah putih, penampakannya begitu mencolok, memberi semangat pada peserta APNE 2017 yang mulai kehabisan gairah dan tenaga untuk mencapai Curug Bajing.
Penunjuk arah Curug Bajing.
Area parkir beraspal cukup untuk menampung 20 mobil. Warung-warung berdiri rapi dan bersih, mushalla panggung berdiri mencolok di sisi barat parkir.. Taman Curug Bajing lumayan luas, aman untuk bermain anak. Pendopo dan pohon selfie menjadi daya tarik wisatawan yang datang secara rombongan.
Pohon selfie.
Luasnya area Curug Bajing dimanfaatkan pengelola untuk membuka tempat berkemah serta wisata menyusuri hutan. Harga tiket tidak tercantum di loket, 5 orang wisatawan lokal yang datang dengan angkutan membayar Rp. 30.000 untuk menikmati Curug Bajing.
Curug Bajing.
Dari area parkir wisatawan harus berjalan sekitar 300 meter jika ingin menuju pusat air terjun Curug Bajing. Tidak perlu khawatir jika malas menuju air mancur, air terjun Curug Bajing terlihat dari jauh, dan sudah disediakan banyak tempat berfoto. Di dekat air terjun setinggi 15 meter ini berdiri mushalla dan warung, meskipun posisinya dirasa kurang pas oleh para fotografer.

Lokasi via Google: https://goo.gl/maps/cyVZA2kWVN72

6. Curug Lawe
Curug Lawe menjadi destinasi terakhir APNE 2017 sekaligus tempat makan sore peserta. Wakil Bupati Pekalongan, Ir. Hj. Arini Harimurti bersama Muspida juga hadir untuk bertatap muka dengan peserta dan warga yang sudah memadati area ekowisata Curug Lawe. Pintu masuk ekowisata ini berjarak 22 kilometer dari Kantor Kecamatan Doro, kami sempat melewatinya ketika menuju Curug Bajing.

Ekowisata Curug Lawe berdekatan dengan pemukiman warga dan cukup ramai dikunjungi. Air terjun Curug Lawe-nya sendiri berjarak sekitar 1,5 kilometer dari pintu masuk, bisa ditempuh dengan jalan kaki atau motor trail. Jika ingin membonceng motor trail, wisatawan harus merogoh kocek Rp. 45.000 pulang-pergi.
Rumah jerami.
Area ekowisata didominasi hutan Pinus, 100 meter pertama dari loket menuju Curug Lawe merupakan area wisata keluarga. Tempat berkemah disediakan pengelola, selain pohon selfie. Yang menjadi keunikan Curug Lawe adalah payung yang digantung sebagai latar belakang foto, rumah jerami, dan area Hammock (tempat tidur gantung yang dipasang antara 2 pohon). Semua bisa dinikmati wisatawan secara gratis, setelah membayar tiket masuk Rp. 5.000.
Area Hammock.
Saya, Rizki, dan Faisol menumpang mobil panitia sehingga sampai di Ekowisata Curug Lawe lebih cepat dari peserta lain. Tanpa menyia-nyiakan waktu, kami mencoba menuju lokasi air terjun Curug Lawe. Jalan bebatuan selebar 1 meter cukup menyulitkan kami melangkahkan kaki lebih cepat. Sepertinya jalanan ini didesain untuk motor trail, bukan untuk pejalan kaki.
Payung di hutan Pinus.
Hari semakin gelap, suara sound system di lokasi penyembutan Wakil Bupati semakin hilang. Sunyi sekali, sambil menekan rasa takut, akhirnya sampai juga di Jurug Trowongan (tulisan di papan). Air terjun mengalir landai, mungkin saat musim kemarau seperti sekarang menjadi penyebab air terjun tidak mengalir deras.

Jam menunjukkan angka 16.43 WIB, kabut mulai turun, dan hari mulai gelap. Kami putuskan untuk balik lagi ke lokasi acara, tidak berani mengambil resiko. Sebelum pulang saya baru membaca pengumuman di loket, himbauan untuk tidak berangkat menuju lokasi Curug Sewu di atas jam 16.00 WIB.
Jurug Trowongan.
Lokasi via Google: https://goo.gl/maps/Xy6k7exubD52

Peserta APNE 2017 pulang dari Curug Lawe jam 17.35 WIB menuju Kantor Kecamatan Doro, kemudian ganti dengan bus besar menuju penginapan. Kami sampai di hotel jam 20.50 WIB, hari yang melelahkan namun membawa pengalaman dan pengetahuan baru wisata alam Indonesia khususnya Kabupaten Pekalongan.

Transportasi menuju Petungkriyono
Ada tiga cara yang saya ketahui, untuk mengeksplor Petungkriyono Cultural-Techno Forestry Park.
  1. Menggunakan kendaraan pribadi atau sewa.
  2. Menuju titik keberangkatan Anggun Paris di Terminal Doro, ada angkutan kota dari Kota Pekalongan dan Kajen. Ongkos yang dikeluarkan kurang lebih Rp. 20.000 sekali jalan.
  3. Ikut paket wisata Pokdarwis Petungkriyono, dengan titik keberangkatan dari Terminal Doro. Paket Rp. 100.000 sudah termasuk transportasi, pemandu, makan, tiket masuk obyek wisata, dan asuransi. Paket wisata minimal 15 orang, jika berangkat sendiri sebaiknya menghubungi Pokdarwis agar mendapat jadwal keberangkatan.
Tips Mengeksplor Wisata Alam Petungkriyono
  • Membuat itinerary sedetail mungkin.
  • Berangkat sepagi mungkin, atau berangkat tengah malam untuk melihat matahari terbit.
  • Bawa bekal yang cukup di perjalanan.
  • Sehat jasmani dan stamina yang prima.
  • Alas kaki yang tepat, sepatu atau sandal gunung adalah yang terbaik.
  • Berdo'a agar diberi kesehatan dan keselamatan selama perjalanan.

Referensi:
¹ Peta dan Profil Kecamatan Petungkriyono
² MoU "Petungkriyono Cultural-Techno Forestry Park" Ditandatangani.

Artikel Terkait:
- Dua Malam di Hotel Sahid Mandarin Pekalongan
- Pilihan Transportasi dari Jogja ke Pekalongan
- Menduniakan Petungkriyono dengan Batik
- Dari pekalongan ke Jogja Naik Apa?

Share with your friends

4 komentar

  1. jadi paling berkesan yang mana nih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. perjalanannya :-d, Pengen nyobain tubing di Weloriver sebenere..

      Hapus
  2. Di Welo Asri, pas baru turun ke bawah eh disuruh balik sama panitia karena waktunya sudah habis. Pokoknya harus kesana lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Idealnya 1 destinasi dieksplore 2 hari :D, kalo mau ditulis bagus. Aku juga nggak sempat turut ke bawah, takut ditinggal. Apalagi nggak ada sinyal :-d.

      Hapus