Pukul 10.00 WIB rombongan mulai meninggalkan Hotel Neo+ Awana Jogja menuju Batik Berkah Lestari di Karang Kulon Wukirsari, Imogiri Bantul, DIY. 3 mobil Multi-Purpose Vehicle membawa blogger dan media melakukan care visit ke sentra kelompok batik binaan Dompet Dhuafa.
![]() |
Kompor listrik untuk membatik. |
Mobil kami memilih rute seperti di gambar, lebih jauh daripada melewati Jalan Imogiri Barat – perempatan Tembi – perempatan Pleret – Jalan Imogiri Timur. Jalan sepanjang 15 km ini ramai dilalui kendaraan, sehingga butuh sekitar 45 menit menuju lokasi. Hanya 1 jalan menanjak saat masuk dusun menuju showroom Batik Berkah Lestari, selebihnya landai melambai.
![]() |
Rute ke Batik Berkah Lestari. |
Ini (24/01/2018) adalah kedua kalinya care visit Dompet Dhuafa (DD) bersama blogger Jogja ke lokasi yang sama, sejak duo kakak femes Hanif dan Aqied pada pertengahan Juni 2014. Petualangan mereka masih terekam manis oleh mesin pencari Google. Mengingat jejak digital Batik Tulis Berkah Lestari masih minim, semoga artikel ini masih bisa menembus peij wan Google #halah 😬😄. Dari Google aku menarik kesimpulan lini penjualan batik ini berasal dari gethok tular, bukan online.
Kelompok Batik Berkah Lestari
Konon daerah Wukirsari sudah menjadi tempat membatik sejak zaman Kerajaan Mataram Islam (1654), yang sempat memindahkan ibukota dari Kotagede ke Pleret. Sehingga Wukirsari dikenal menjadi pusat batik tulis tertua di Bantul. Kegiatan membatik sempat meredup di era industrialisasi, masyarakat lebih memilih bekerja di pabrik atau di luar desa, apalagi upah membatik kurang bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Gempa bumi Jogja 2006 ternyata membawa berkah, saat itu Imogiri menjadi salah satu kecamatan terparah terdampak gempa. Beberapa organisasi kemanusiaan dan perusahaan masuk untuk membantu masyarakat bangkit dan membangun kembali. DD awalnya membangun sekolah yang rusak di Wukirsari, melihat potensi batik di masyarakat dibentuklah kelompok batik Berkah Lestari pada tanggal 5 Februari 2007, yang merupakan salah satu dari 12 kelompok batik di desa Wukirsari. Berkah Lestari menjadi kelompok batik pertama di dusun Karang Kulon dan satu-satunya kelompok batik Wukirsari yang semua anggotanya perempuan.
Kelompok Batik Berkah Lestari
Konon daerah Wukirsari sudah menjadi tempat membatik sejak zaman Kerajaan Mataram Islam (1654), yang sempat memindahkan ibukota dari Kotagede ke Pleret. Sehingga Wukirsari dikenal menjadi pusat batik tulis tertua di Bantul. Kegiatan membatik sempat meredup di era industrialisasi, masyarakat lebih memilih bekerja di pabrik atau di luar desa, apalagi upah membatik kurang bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Gempa bumi Jogja 2006 ternyata membawa berkah, saat itu Imogiri menjadi salah satu kecamatan terparah terdampak gempa. Beberapa organisasi kemanusiaan dan perusahaan masuk untuk membantu masyarakat bangkit dan membangun kembali. DD awalnya membangun sekolah yang rusak di Wukirsari, melihat potensi batik di masyarakat dibentuklah kelompok batik Berkah Lestari pada tanggal 5 Februari 2007, yang merupakan salah satu dari 12 kelompok batik di desa Wukirsari. Berkah Lestari menjadi kelompok batik pertama di dusun Karang Kulon dan satu-satunya kelompok batik Wukirsari yang semua anggotanya perempuan.
![]() |
Showroom dan workshop. |
DD memfasilitasi peralatan membatik dan membangun tempat kerja dan ruang pamer sederhana, semua kegiatan dan kepengurusan ditentukan anggota kelompok sendiri tanpa campur tangan DD. Saat ini kelompok batik Berkah Lestari memiki anggota 50 perempuan dusun Karang Kulon (tulisan disambung menurut http://kec-imogiri.bantulkab.go.id/desa/wukirsari)
Berkah Lestari hanya membuat batik tulis, tidak ada cap ataupun kain motif batik. Andaikan perlu cap, kelompok batik ini menggunakan jasa pengecapan. Motif batik "sido" menghiasi Berkah Lestari seperti sidomukti, sidoluhur, sidoasih (Net biro Yogya, 2018). Selain itu ada motif ceplok blekok, lereng sente, parang kembang, ceplok kawung, parang kawung truntum, godong telo, ceplok catur, dan kembang tehtehan (Amalia, 2012).
Pelatihan membatik
Peserta care visit mendapat kesempatan membatik, sebelumnya kami dijamu jajanan ndeso dan sambutan dari Scarf, DD, serta tuan rumah. Agak berbeda dengan pelatihan yang kuikuti sebelumnya, kali ini menggunakan tatakan kardus bekas, tanpa ada pemidang/pembidang/ram. Tepi kain dibiarkan apa adanya sehingga terlihat kurang rapi.
Berkah Lestari hanya membuat batik tulis, tidak ada cap ataupun kain motif batik. Andaikan perlu cap, kelompok batik ini menggunakan jasa pengecapan. Motif batik "sido" menghiasi Berkah Lestari seperti sidomukti, sidoluhur, sidoasih (Net biro Yogya, 2018). Selain itu ada motif ceplok blekok, lereng sente, parang kembang, ceplok kawung, parang kawung truntum, godong telo, ceplok catur, dan kembang tehtehan (Amalia, 2012).
![]() |
Beberapa motif batik yang dipamerkan. |
Peserta care visit mendapat kesempatan membatik, sebelumnya kami dijamu jajanan ndeso dan sambutan dari Scarf, DD, serta tuan rumah. Agak berbeda dengan pelatihan yang kuikuti sebelumnya, kali ini menggunakan tatakan kardus bekas, tanpa ada pemidang/pembidang/ram. Tepi kain dibiarkan apa adanya sehingga terlihat kurang rapi.
![]() |
Sambutan pemangku kepentingan. |
Sebelumnya aku membatik berbalut ragu dan tangan tremor 🙈, sehingga garis yang ditorehkan tidak lugas. Selain itu pengambilan malam terlalu banyak dan keburu dingin menjadi penyebab hasil batik tidak bagus. Waktu membatik kemarin? Hasilnya sama jeleknya dengan yang pertama 😁. Aku baru bisa memperbaiki ragu dan tremor. Semoga di masa depan aku bisa lebih baik lagi memegang canting, untuk menghasilkan batik yang bagus.
Menurut informasi salah satu pengurus, batik tulis Berkah Lestari dibandrol mulai Rp350.000, tergantung jenis kain prima, primisima, atau sutra, serta tingkat kesulitan membatik.
Menurut informasi salah satu pengurus, batik tulis Berkah Lestari dibandrol mulai Rp350.000, tergantung jenis kain prima, primisima, atau sutra, serta tingkat kesulitan membatik.
Referensi:
- [PDF] Analisis Kerajinan Batik Tulis Produksi Berkah Lestari Giriloyo Wukirsari, Imogiri Bantul - Amalia Rahmawati