Beberapa bulan lalu aku mendapat voucher potongan harga menginap hotel dengan menggunakan aplikasi A**y. Lumayan, potongan harga Rp.200.000. Yang artinya bisa saja menginap gratis, jika memilih kamar yang harga semalamnya di bawah itu. Akupun memesan kamar untuk berlebaran di salah satu tempat di Sunan Muria Jogja. Awalnya kupikir akan menyenangkan beristirahat di situ, ada kolam renang dan dapat sarapan. Namun bayangan itu akhirnya buyar oleh eksekusi supervisor hotel tersebut.
Harga kamar semalam melebihi voucher, sehingga aku harus membayar lagi lewat minimarket waralaba. Kenapa tidak transfer bank saja? Karena aplikasi A tidak menawarkan metode pembayaran dari bank rujukanku, sedangkan bayar lewat minimarket (waktu itu) tidak dikenakan biaya (sekarang kena Rp.2.500). Apalagi uang yang harus kubayar di bawah Rp.10.000.
![]() |
Ilustrasi. |
Esok paginya, teleponku berdering oleh panggilan nomor lokal Jogja. Terdengar suara memperkenalkan diri dari hotel yang akan kuinap. Dia jelaskan kalau saat lapor masuk bakalan ada tambahan biaya Rp.130.000. Heee? Kok bisa bayar lagi? Dia beralasan karena aku pesan untuk libur lebaran, sedangkan pihak hotel hanya mendapatkan Rp.170.000 dari aplikasi A.
Setelah mendapatkan telepon itu, aku minta konfirmasi pada layanan pelanggan aplikasi A melalui email. Tanggapan mereka lambat dan berlarut-larut, intinya mereka melarang adanya biaya tambahan, kecuali deposit yang akan dikembalikan ketika lapor keluar. Katanya mereka akan menanyakan kepada pihak hotel mitra tersebut.
Setelah mendapatkan telepon itu, aku minta konfirmasi pada layanan pelanggan aplikasi A melalui email. Tanggapan mereka lambat dan berlarut-larut, intinya mereka melarang adanya biaya tambahan, kecuali deposit yang akan dikembalikan ketika lapor keluar. Katanya mereka akan menanyakan kepada pihak hotel mitra tersebut.
Alasan yang digunakan pihak hotel tidak masuk akal, dia sebenarnya bisa saja mengubah harga di aplikasi tapi kenapa main belakang? Sama saja ini menodong calon tamu yang telah terlanjur transfer uang. Kubiarkan saja percakapan nirfaedah itu, toh aku baru akan menginap 3 bulan kemudian.
Tetap disuruh bayar
Hari yang ditunggupun tiba, malam sekitar pukul 19.30 WIB aku menuju hotel tersebut. Kebetulan waktu itu mati listrik, sepanjang jalan gelap, demikian juga dengan hotelnya. Aku memarkir kendaraan di depan pohon mangga yang menutupi jalan masuk. Mereka menyalakan genset yang terdengar sampai ruang resepsionis. Suasana sepi, tak terlihat mobil berderet menginap di situ.
Di ruang resepsionis berukuran sekitar 2x3 meter, lampu tak begitu terang. Kulihat sepintas di dinding, tertempel papan tulis putih dengan banyak coretan. Ada 1 nama dan hanya ada 1 yang tertulis di situ sangat familiar. Tak berapa lama kemudian datanglah penjaga dari ruang belakang, sepertinya baru saja memeriksa genset.
Kuutarakan maksudku untuk lapor masuk, lalu penjaga tersebut mengambil sebuah kertas buram penuh tulisan tangan dan memperlihatkannya padaku. Dia mengatakan (seperti yang tertulis) kalau ada yang masuk (checkin) dari (aplikasi) A kena charge Rp.130.000. Kalau tidak mau bayar, besok disuruh ketemu dengan supervisor.
Aku turut membaca tulisan itu. Namun ketika aku izin ingin memotret kertas itu, dia tidak membolehkan. Dia berdalih itu hanya corat-coretan saja dan dia hanya menjalankan perintah.
Aku turut membaca tulisan itu. Namun ketika aku izin ingin memotret kertas itu, dia tidak membolehkan. Dia berdalih itu hanya corat-coretan saja dan dia hanya menjalankan perintah.
Setelah kupikirkan masak-masak dalam 3 menit, akupun cabut dari hotel horor itu. Ngapain bayar lagi? Menurutku itu sama saja nodong tamu yang menginap.
Selanjutnya aku menginap di tempat lain yang memberiku ketenangan di daerah kota. Cukuplah ketemu hotel seperti ini sekali saja, semoga tidak barokah.
Tanggapan layanan pelanggan
Kuutarakan kekecewaanku pada layanan pelanggan aplikasi A malam itu juga, mereka tetap ngotot jika yang dikenakan adalah deposit. Aku memang tidak berpendikan tinggi, tapi masih bisa mendengar, membedakan huruf, dan baca tulisan 'charge' dengan 'deposit'. Keduanya jauh berbeda begitupun definisinya, tapi jika pihak aplikasi A menafsirkan kedua kata tersebut sama, apa boleh buat.
Herannya, jelas-jelas mitra aplikasi A itu tidak sesuai aturan tapi tetap dibela. Idealnya si pelayan pelanggan membela jenama mereka sendiri, tapi ini malah menjeblokkan diri sendiri 😀.
Setelah kejadian tersebut, hotel ini masuk daftar hitam teman-teman di Jogja. Bagi yang belum pernah menginap di sini, lebih baik hati-hati dengan jebakan batman.
Update 15 April 2019
Ketika ngecek di peta Google, alhamdulillah tutup permanen.
Update 15 April 2019
Ketika ngecek di peta Google, alhamdulillah tutup permanen.