Kami berangkat ke Studio Alam Gamplong yang masuk Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY pukul 09.00 WIB. Jelaslah kesiangan karena perjalanan dari rumah sekitar 40 menit. Sebelum berangkat sudah terbayang, pasti akan terpapar sengatan matahari di tengah lapangan. Hal itu terbukti setelah sampai di lokasi, kondisi yang tidak ideal untuk sekedar fota-foto. Saranku, jika mau ke sini sebaiknya pagi atau sore, baik untuk kesehatan dan hasil pemotretan.
Aku ke studio 8 Februari 2020 sebelum covid-19 merebak, ramai banget orang liburan ke tempat ini. Pukul 10.00 WiB sampai di tempat dengan menggunakan kendaraan roda dua. Perjalanan lebih lama dari perkiraan peta Google karena tidak hafal medan, dan sempat disesatkan oleh Google melewati jalan alternatif yang jarang dilewati 😃.
![]() |
Lapangan Studio alam Gamplong. |
Dari kejauhan terlihat kemegahan bangunan mirip kerajaan, yang ternyata fatamorgana. Heboh banget mikir, ini bagaimana ya membangunnya? Apalagi areanya luas, konon menurut cerita yang berkembang luasnya mencapai 2 hektar milik pemerintah desa. Studio yang awalnya digunakan untuk syuting film Bumi Manusia, kemudian dibuka untuk umum sebagai wahana wisata. Hingga sekarang meski jarang, ada yang syuting film baru di tempat ini.
Seberang jalan dari lokasi dibangun perwarungan untuk melayani pengunjung dan tempat parkir di lapangan. Cukup bersih, tapi panas tidak ada pepohonan yang memayungi. Kami parkir di tempat ini, saat diberi karcis masuk kusodorkan sejumlah uang kepada penjaga. Dia berkata,"Ini mau dikembalikan berapa?"
Kujawab, "Tidak usah." kupikir sudah include masuk ke area. Setelah menyeberang jalan ternyata ada biaya masuk lagi 😂. Akhirnya akupun memasukkan sejumlah uang ke trempolong yang diletakkan di tengah gapura masuk.
Kami lalu berdiri di tepi lapangan luas, orang-orang pada pergi ke mana ya? Rupanya ada 3 tujuan, ada yang langsung menyeberang sungai buatan, ada yang masuk ke museum, dan ada yang ngadem ke rumah-rumah kecil yang dibuat untuk kepentingan film. Ohiya, sedari awal aku sudah beritikad meminimalisir pengeluaran, agar jadi tema artikel:
![]() |
Perahu styrofoam yang tergenang air. |
dengan biaya minimalis bisa main sampai studio gamplong.. wkwkwkkwk
Museum
Kami hanya sampai di depan pintu masuk museum yang dijaga petugas, lihat dari depan saja 😂 dan membayangkan apa yang ada di bangunan kayu berlantai dua tersebut. Cukup dibayangkan saja, gambaran di dalamnya bisa dicari di media sosial dan mesin pencari 😂.
Rumah joglo
Kemudian kami ngadem sejenak di rumah-rumah kecil yang berbentuk joglo (atau limasan? Lupa), sambil fota-foto. Ada satu rumah digunakan untuk jualan. Di belakang rumah terparkir becak-becak untuk keperluan syuting, tidak bisa digunakan untuk keliling lapangan.
Jembatan sungai buatan
Setelah keringat mulai lamban mengucur, kami melanjutkan perjalanan. Sungai buatan yang airnya tidak kemana-mana harus kami sebrangi. Cukup melalui jembatan dengan desain zaman kolonial sudah sampai ke seberang. Di atas jembatan beberapa anak nguncali makanan pada ikan-ikan yang menadahkan muka minta makan. Cukup bayar Rp.2.000 sudah bisa memberi makanan pada ikan.
Tarif Studio alam Gamplong
- parkir motor : sukarela
- masuk studio: sukarela
- museum : Rp.10.000
- gawai/tab : gratis
- kamera digital/mirrorless/DSLR: tidak tahu
- memberi makan ikan : Rp2.000