Setelah yakin aku diserang Koh Pit, aku menghubungi teman untuk sekedar mengabarkan dan berharap mendapat sedikit penyemangat. Dia membalas pesanku dengan menyisipkan resep herbal yang menurutku dosisnya cukup ngawur. Tentu saja aku mengindahkan sarannya, dan tetap sesuai prosedur pengobatan. Dia menyarankan untuk minum
- Habbatus Sauda 3 kali 5 kapsul sehari (jangan ditiru).
- Qusthul Hindi 3 kali sehari.
- Makan daging atau seafood untuk mempercepat indera penciuman.
- Minum air kelapa.
- Proning.
Baca sebelumnya: Akhirnya Koh Pit bertamu ke Rumah
Selepas Maghrib 19/7 [H6] aku makan seperti biasa meskipun tidak bisa merasakan rasa gurih (ageusia) dan tidak bisa mencium aroma (anosmia). Yang kuherankan, suara jadi bindeng meskipun tidak pilek. Badan sudah tidak demam sehingga tidak minum paracetamol. Demikian juga dengan kedua obat lain. Promag masih diminum karena perut masih mual. Jika tidak makan promag dahulu, makanan tidak mau masuk.
Aku sedikit memodifikasi saran teman di atas. Setelah makan malam aku minum Habbatus Sauda 3 kapsul dan rebusan Qusthul Hindi. Dari awal sakit aku malah meninggalkan Habbatus Sauda ini 😟. Dosis minum rebusan Qusthul Hindi kutingkatkan menjadi 3 kali sehari. Untuk madu, aku menggunakan madu import Al Shifa meskipun tidak rutin.
Aku juga mencoba melakukan telemedicine gratis dari relawan yang digagas oleh beberapa tenaga medis. Informasi ini kudapatkan dari Google, ada banyak pilihan tenaga medis yang dapat dihubungi sesuai jadwal dan media yang digunakan. Mereka tidak memberikan resep, hanya membantu memberi informasi apa yang harus dilakukan saat isolasi mandiri.
20/7 [H7] aku merasa lebih segar, alhamdulillah tidak ada demam. Kami sekeluarga shalat Idul Adha di rumah, tidak mungkin dalam keadaan sakit tetap memaksakan shalat Idul Adha di masjid (di Jogja tidak ada lapangan yang dijadikan tempat shalat Id karena larangan penguasa dan terlalu riskan mengumpulkan banyak massa).
Kami sekeluarga sempat menikmati degan seharga IDR 10.000, kami mendapatkan kesegaran dengan meminumnya. Efek lain? Sepertinya tidak ada.
Malam hari ada sedikit insiden, aku menambah dosis kapsul Habbatus sauda dengan langsung memakan 5 kapsul dan ternyata efeknya fatal! Sekitar pukul 23.00 WiB kepala belakang bagian kiri rasanya berdenyut, jantung berdetak keras. Keringat membasahi kepala dan dada. Ya Allah, aku kelebihan dosis! Tidak ada yang bisa kuperbuat selain hanya minum air putih dan berdoa, tidak berani minum obat apapun. Hingga Shubuh, aku tidur dengan menahan sakit kepala.
21/7 [H8] mata terasa panas, mungkin capek karena kurang tidur. Suara agak bindeng dan badan sedikit lunglai. Pukul 10.00 WiB istri mengatakan dengan sambil terisak kalau dia merasa demam. Duaaaaar! Aku merasa terpukul karena ini sudah pertanda istri tertular. Aku tidak berani mengambil resiko, kali ini harus tes swab antigen. Istri terlihat syok, belum bisa menerima kenyataan. Setelah agak tenang, kami ke rumah sakit yang cukup sepi untuk swab antigen.
![]() |
Hasil swab antigen. |
Kami harus menunggu sekitar 30 menit, tidak ada jalur khusus untuk swab maupun geNose. Kami harus melalui pendaftaran seperti pasien lain, menunggu panggilan bersama pasien lain, swab-nya pun dilakukan di laboratorium. Petugasnya sendiri hanya mengenakan pakaian laboratorium dan bermasker 😃.
Hasil swab antigen baru keluar sekitar 30 menit kemudian, dan sudah kuduga sebelumnya kalau kami positif. Aku baru melakukan tes swab antigen ini setelah H8 sakit bergejala.
Biaya yang dikeluarkan untuk swab antigen:
- Parkir motor: 2.000- Pendaftaran: 3.000
- Swab: 170.000.